Apa benar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan diganti Kurikulum 2013 tidak berhasil?
Tidak
ada yang tahu, tidak ada evaluasi, malahan KTSP di daerah terpencil
tidak ada yang tahu apa itu. Yang dia tahu ujian nasional. Di Yogya ada
sekolah menyelenggarakan KTSP baru tahun kemarin. Apalagi di pulau-pulau
terpencil, di hutan-hutan pedalaman Kalimantan atau Papua. Ini saya
jelaskan saat di rapat-rapat, bagaimana penyusunan suatu kurikulum.
Bukan pada kurikulum tetapi bagaimana proses belajarnya. Kalau proses
belajar tidak benar tidak ada gunanya.
Kenapa bangsa kita ini
sesudah 68 tahun merdeka masih tetap kemajuannya relatif rendah? Ini
disebabkan pendidikan kita mematikan kreativitas. Nah, kreativitas itu
hanya bisa dibangkitkan melalui proses pembelajaran membangkitkan
semangat, minat, kritis, dan menciptakan sesuatu yang produktif. Inilah
proses belajar kreatif. Tapi kalau dia direcoki ujian nasional, hasilnya
akan nyaris sama semua, yang berbeda akan mati.
Apa benar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan diganti Kurikulum 2013 tidak berhasil?
Tidak
ada yang tahu, tidak ada evaluasi, malahan KTSP di daerah terpencil
tidak ada yang tahu apa itu. Yang dia tahu ujian nasional. Di Yogya ada
sekolah menyelenggarakan KTSP baru tahun kemarin. Apalagi di pulau-pulau
terpencil, di hutan-hutan pedalaman Kalimantan atau Papua. Ini saya
jelaskan saat di rapat-rapat, bagaimana penyusunan suatu kurikulum.
Bukan pada kurikulum tetapi bagaimana proses belajarnya. Kalau proses
belajar tidak benar tidak ada gunanya.
Kenapa bangsa kita ini
sesudah 68 tahun merdeka masih tetap kemajuannya relatif rendah? Ini
disebabkan pendidikan kita mematikan kreativitas. Nah, kreativitas itu
hanya bisa dibangkitkan melalui proses pembelajaran membangkitkan
semangat, minat, kritis, dan menciptakan sesuatu yang produktif. Inilah
proses belajar kreatif. Tapi kalau dia direcoki ujian nasional, hasilnya
akan nyaris sama semua, yang berbeda akan mati.
Tapi soal ujian nasional tahun ini tidak sama, kabarnya ada 20 item?
Dia
hanya ngomong, dia tidak membuktikan di lapangan dia punya konsep itu
akan menghasilkan anak-anak kreatif. Dengan ujian nasional ini saja, dia
sudah mematikan kreativitas anak-anak kita. Inilah yang menjadi kunci
keberhasilan Finlandia, dia bukan membuat kurikulum tetapi dia membuat
proses belajar. Anak-anak itu dibuka kemungkinan apa yang ada dalam diri
mereka, peluang tiap siswa ada.
Pertengahan tahun ini KTSP akan diganti Kurikulum 2013 dan ujian nasional tetap dilaksanakan?
Ini
kacau, kacau balau. Saya setuju dengan Pak Utomo dari Universitas
Paramadina, pecat saja menterinya. Suatu program itu membutuhkan biaya,
jadi apa yang terjadi dengan biaya di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan? Alokasi dana untuk kurikulum itu hanya Rp 64 miliar sudah
ada, tetapi dengan pelaksanaan tahap pertama dia janjikan Rp 2,47
triliun, dari mana dana itu diambil? Dia bilang akan diambil dari
mana-mana. Ini merusak Rencana Strategis sudah ada dan ini berbahaya.
Apa anggaran itu karena sudah masuk 20 persen dana pendidikan dari APBN seperti dalam UUD 1945?
Jangan
percaya dengan 20 persen itu. 20 persen itu rencana semula, tidak
termasuk gaji guru. Sekarang itu dimasukkan, alasannya kita masih
miskin. Tetapi yang korupsi itu banyak. Ini harusnya termasuk APBD bukan
APBN, tetapi Anda lihat apa yang terjadi? Program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang bos itu jadi bus, dimakan oleh bupati atau gurunya
sendiri. Makan tuh BOS dan bus itu, melayang ke angkasa bukan pada anak.
Kurikulum diganti tanpa evaluasi, berarti memang pendidikan kita memiliki program jangka panjang?
Tidak
ada, hanya omong kosong. Contohnya lainnya, katanya untuk menaikkan
kualitas pendidikan itu adalah guru harus mendapatkan sertifikasi.
Tetapi apa yang terjadi, guru bersertifikasi dan yang tidak
bersertifikasi sama saja. Yang membedakan adalah motivasi dari para
guru. Guru punya pengalaman justru tidak lulus sertifikasi. Pelatihan
untuk sertifikasi dilaksanakan selama tujuh hari.
Nah, apa yang
diharapkan dalam tujuh hari sertifikasi? Mana ada efeknya, tidak ada
efek. Artinya sekian ratus miliar dari program sertifikasi sama sekali
tidak menaikkan mutu pendidikan kita. Dalam waktu dekat akan segera
diterbitkan lewat studi Bank Dunia menyatakan program sertifikasi guru
tidak berjalan.
Sudah banyak juga penelitian menyebut itu
program gagal. Motifnya hanya uang saja. Bukan menggerakkan malah
menggerakkan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk
mengadakan program insentif bagi calon guru.
Sekarang dari tujuh
hari tidak ada hasil. Nanti pelatihan untuk Kurikulum 2013 selama lima
hari akan ditertawakan lagi. Yang tujuh hari saja nol besar hasilnya,
apalagi lima hari.
Kalau sudah seperti ini, lantas apa harus segera dilakukan?
Saya
kira pimpinan kita harus tegas, tidak boleh plin plan karena itu akan
diikuti oleh masyarakat. Lambat dalam mengambil keputusan, hal itu terus
merembet ke yang lainnya. Dalam hal ini bisa dicontoh bekas Perdana
Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Kalau ada menteri salah, langsung
dicopot.
Apa fungsi kurikulum itu secara sederhana?
Kurikulum
itu hanya alat. Ini salah dilihat oleh mereka yang menyusun kebijakan
pendidikan kita. Dulu sudah saya katakan ke Panja DPR, saat ketuanya
Utut Adianto. Dia sarjana matematika. Saya jelaskan ke dia, kurikulum
itu hanya lintasan balapan, hanya sarana saja. Yang penting ke mana
tujuannya. Bagaimana kudanya, siapa jokinya.
Secara epistimologi
itu untuk proses, tergantung pada jarak, apa ingin dicapai. Sedangkan
kudanya, siswa itu sendiri. Kalau dia kegemukan tidak akan bagus. Jadi
harus sesuai tujuannya. Kalau untuk 300 meter jangan digunakan 500
meter. Jadi kurikulum itu bukan segalanya, hanya suatu proses saja